Rabu, 13 Mei 2009

Ajak Masyarakat Jaga Lingkungan Pesisir

Saat sebagian mahasiswa sibuk tawuran,adu jotos, dan demo sambil menutup jalan,ternyata masih ada komunitas mahasiswa yang memilih jalan lain untuk mengabdikan diri ke masyarakat.

SALAH satunya, mendirikan sekolah alam dan memberikan pendidikan cinta pada lingkungan pesisir. Ukuran tubuhnya tidak seberapa besar, bahkan jauh dari gemuk. Kulit wajahnya pun tampak hitam akibat terkena sengatan sinar matahari.

Namun, saat bercerita soal kecintaan terhadap lingkungan pesisir pantai,wanita berjilbab ini tampak sumringah dan menampakkan wajah yang ceria. Seakan tergambar, kecintaannya pada lingkungan, melebihi cinta terhadapnya. Nama wanita itu,yakni Fatimah Azahra. Beberapa waktu lalu, dia baru saja menyelesaikan kuliah S-1 di Fakultas Perikanan Universitas Hasanuddin (Unhas). Dengan penuh semangat dia bercerita soal keprihatinannya terhadap lingkungan pesisir.Menurutnya, banyak kehancuran lingkungan pesisir akibat ulah manusia.

”Daerah pesisir yang seharusnya dijaga, rusak akibat bom ikan dan akibat lainnya. Itu terjadi karena kurangnya perhatian masyarakat. Tapi,mereka tidak bisa disalahkan,” jelasnya. Berawal dari keresahan itulah bersama teman-temannya sesama mahasiswa Perikanan Unhas, mereka mendirikan sekolah alam di Pulau Barrang Caddi, Makassar. Menurut Ima––sapaan akrabnya–– sekolah alam itu didirikan awal Januari lalu. ”Belum lama sekolah alam ini kami dirikan.

Saat ini kurikulumnya sedang disusun teman-teman pengajar,”tutur dia. Walaupun sedang dalam proses penggarapan kurikulum,beberapa kegiatan sudah dilakukan rekanrekannya yang tergabung dalam Sekolah Alam Taman Bahari Indonesia. ”Teman-teman pengajar sudah mulai aktif. Salah satunya,memberikan permainan kepada anakanak sekolah alam.”

”Bentuk permainannya, mereka akan diberikan poin,jika dalam rentang waktu tertentu mampu mengumpulkan sampah jenis plastik yang ada di laut dalam kantong ajaib buatan sendiri,”katanya. Walaupun usia sekolah Alam Taman Bahari baru seumur jagung, jumlah anak didiknya sudah lumayan banyak. Rata-rata adalah masyarakat Pulau Barrang Caddi. ”Baru berjalan beberapa bulan, tapi anak-anak yang bergabung di sekolah alam sudah 50 orang.Sekolah alam ini tidak dipungut biaya, kami tetap membuat standarisasi usia, yakni 7 hingga 15 tahun ,” jelasnya.

Sebab, untuk membangun kesadaran dan kecintaan terhadap lingkungan pesisir, harus dimulai dari anak-anak.Karena itu,materi sekolah ini lebih banyak ke arah bermain dan game. ”Anak-anak bersentuhan langsung dengan alam dan mereka dididik mencintai alam. Ini adalah sekolah yang merangsang stimulus mereka sejak dini. Sejak usia anak-anak,” ucapnya. Dia menjelaskan saat belajar, jumlah 50 murid dibagi dalam empat kelompok. Satu kelompok berjumlah 15 orang.

Dalam satu kelompok dibimbing satu orang pengajar. ”Saat ini sekolah alam punya delapan orang guru. Jumlah guru masih akan bertambah jika nanti anak-anak yang mau bergabung juga banyak.Sekarang masih dalam tahap penguatan internal organisasi kami,”katanya. Menurut Ima, waktu belajar anak-anak di Sekolah Alam Taman Bahari Indonesia berlangsung setiap akhir pekan, yakni Sabtu dan Minggu. ”Targetnya, sekolah alam ini akan berlangsung selama enam bulan. Jika dihitung, totalnya 48 kali pertemuan dan ini masih level satu.

Sekolah ini membuat beberapa level untuk mengetahui seberapa jauh tingkat perkembangan anak-anak dalam menerima materi pendidikan dari pengajar,” ujarnya. Diharapkan, lulusan dari sekolah alam ini akan memberikan pemahaman kepada masyarakat sekitar, betapa pentingnya menjaga kelestarian alam pesisir. ”Kami tidak mungkin terus-terusan mendidik mereka di sekolah itu. Kalau sudah lulus, nanti anak-anak ini akan mendidik adik-adiknya.

Demikian sampai terus berjalan.Juga melibatkan remaja yang ada di Pulau Barrang Caddi mendampingi kami,”katanya. Dia menceritakan, mengajak anak-anak pesisir untuk bergabung di sekolah alam tidak terlalu sulit. Karena semua guru bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat nelayan yang ada di pulau itu. ”Kami tidak terlalu kesulitan mengajak anak-anak bergabung. Program pendidikan yang kami berikan lebih pada permainan sehingga banyak orangtua yang meminta anaknya bergabung,” jelasnya.

Tidak ada komentar: